Jumat, 19 Februari 2010

BARISAN DAN DERET GEOMETRI

  1. BARISAN GEOMETRI

    U1, U2, U3, ......., Un-1, Un disebut barisan geometri, jika

    U1/U2 = U3/U2 = .... = Un / Un-1 = konstanta

    Konstanta ini disebut pembanding / rasio (r)

    Rasio r = Un / Un-1

    Suku ke-n barisan geometri

    a, ar, ar² , .......arn-1
    U1, U2, U3,......,Un

    Suku ke n Un = arn-1 ® fungsi eksponen (dalam n)


  2. DERET GEOMETRI

    a + ar² + ....... + arn-1 disebut deret geometri
    a = suku awal
    r = rasio
    n = banyak suku

    Jumlah n suku

    Sn = a(rn-1)/r-1 , jika r>1
    = a(1-rn)/1-r , jika r<1>
    1. Rasio antara dua suku yang berurutan adalah tetap
    2. Barisan geometri akan naik, jika untuk setiap n berlaku
      Un > Un-1
    3. Barisan geometri akan turun, jika untuk setiap n berlaku
      Un <>n-1

      Bergantian naik turun, jika r <>
    4. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1
    5. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah
      _______ __________
      Ut = Ö U1xUn = Ö U2 X Un-1 dst.

    6. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan geometri, maka untuk memudahkan perhitungan, misalkan bilangan-bilangan itu adalah a/r, a, ar


  3. DERET GEOMETRI TAK BERHINGGA

    Deret Geometri tak berhingga adalah penjumlahan dari

    U1 + U2 + U3 + ..............................

    ¥
    å Un = a + ar + ar² .........................
    n=1

    dimana n ® ¥ dan -1 <> sehingga rn ® 0

    Dengan menggunakan rumus jumlah deret geometri didapat :

    Jumlah tak berhingga S¥ = a/(1-r)

    Deret geometri tak berhingga akan konvergen (mempunyai jumlah) untuk -1 <>

    Catatan:

    a + ar + ar2 + ar3 + ar4 + .................

    Jumlah suku-suku pada kedudukan ganjil

    a+ar2 +ar4+ ....... Sganjil = a / (1-r²)

    Jumlah suku-suku pada kedudukan genap

    a + ar3 + ar5 + ...... Sgenap = ar / 1 -r²

    Didapat hubungan : Sgenap / Sganjil = r

PENGGUNAAN

Perhitungan BUNGA TUNGGAL (Bunga dihitung berdasarkan modal awal)

M0, M1, M2, ............., Mn

M1 = M0 + P/100 (1) M0 = {1+P/100(1)}M0

M2 = M0 + P/100 (2) M0 = {1+P/100(2)} M0

.
.
.
.

Mn =M0 + P/100 (n) M0 ® Mn = {1 + P/100 (n) } M0


Perhitungan BUNGA MAJEMUK (Bunga dihitung berdasarkan modal terakhir)

M0, M1, M2, .........., Mn

M1 = M0 + P/100 . M0 = (1 + P/100) M0

M2 = (1+P/100) M0 + P/100 (1 + P/100) M0 = (1 + P/100)(1+P/100)M0
= (1 + P/100)² M0
.
.
.

Mn = {1 + P/100}n M0

Keterangan :

M0 = Modal awal
Mn = Modal setelah n periode
p = Persen per periode atau suku bunga
n = Banyaknya periode

Catatan:

Rumus bunga majemuk dapat juga dipakai untuk masalah pertumbuhan tanaman, perkembangan bakteri (p > 0) dan juga untuk masalah penyusutan mesin, peluruhan bahan radio aktif (p <>

BARISAN DAN DERET ARITMATIKA

  • BARISAN ARITMATIKA

    U1, U2, U3, .......Un-1, Un disebut barisan aritmatika, jika
    U2 - U1 = U3 - U2 = .... = Un - Un-1 = konstanta

    Selisih ini disebut juga beda (b) = b =Un - Un-1

    Suku ke-n barisan aritmatika a, a+b, a+2b, ......... , a+(n-1)b
    U1, U2, U3 ............., Un

    Rumus Suku ke-n :

    Un = a + (n-1)b = bn + (a-b) ® Fungsi linier dalam n


  • DERET ARITMATIKA

    a + (a+b) + (a+2b) + . . . . . . + (a + (n-1) b) disebut deret aritmatika.

    a = suku awal
    b = beda
    n = banyak suku
    Un = a + (n - 1) b adalah suku ke-n

    Jumlah n suku

    Sn = 1/2 n(a+Un)
    = 1/2 n[2a+(n-1)b]
    = 1/2bn² + (a - 1/2b)n ® Fungsi kuadrat (dalam n)

    Keterangan:

    1. Beda antara dua suku yang berurutan adalah tetap (b = Sn")

    2. Barisan aritmatika akan naik jika b > 0
      Barisan aritmatika akan turun jika b <>

    3. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1 atau Un = Sn' - 1/2 Sn"

    4. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah

      Ut = 1/2 (U1 + Un) = 1/2 (U2 + Un-1) dst.

    5. Sn = 1/2 n(a+ Un) = nUt ® Ut = Sn / n

    6. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan aritmatika, maka untuk memudahkan perhitungan misalkan bilangan-bilangan itu adalah a - b , a , a + b
  • POLA DAN DERET BILANGAN

    A. Pola Bilangan

    1. Pengertian Pola Bilangan
    Sebuah bilangan yang tersusun dari bilangan lain yang mempunyai pola tertentu,maka yang demikian itu disebut pola bilangan.
    Dari beberapa jenis bilangan, tidak semua bilangan akan kami bahas. Dalam bab ini pembahasan akan difokuskan pada himpunan bilangan asli. Sedangkan bilangan asli sendiri dibagi menjadi beberapa himpunan bagian bilangan asli.

    Beberapa himpunan bagian bilangan asli tersebut antara lain:
    Himpunan bilangan ganjil = {1 , 3 , 5 , 7 , 9 , . . . }
    Himpunan bilangan genap = {2 , 4 , 6 , 8 , . . .}
    Himpunan bilangan kuadrat = {1 , 4 , 9 , 16, . . .}, dan
    Himpunan bilangan prima = {2 , 3 , 5 , 7 , 11 , . . . }
    Untuk selanjutnya akan dipelajari mengenai pola-pola
    bilangan yang merupakan himpunan bagian dari himpunan
    bilangan asli.

    2. Pola Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap
    a. Pola Bilangan Ganjil
    Salah satu dari himpunan bagian bilangan asli adalah bilangan ganjil. Bilangan ganjil adalah bilangan bulat yang tidak habis dibagi 2 atau bukan kelipatan dua. Dalam hal ini karena pembahasan hanya pada himpunan bagian dari bilangan asli, maka anggota dari himpunan bilangan asli ganjil adalah {1, 3, 5, 7, 9 . . .}
    Dari pola-pola bilangan ganjil, kemudian dapat ditentukan jumlah bilangan asli ganjil.
    Jumlah dari n bilangan asli ganjil yang pertama =n2(n kuadrat).

    b. Pola Bilangan Genap
    Selain bilangan ganjil, yang termasuk himpunan bagian bilangan asli adalah bilangan genap, yaitu { 2 , 4 , 6 , 8 , . . . }.
    Jumlah dari n bilangan asli genap yang pertama adalah:
    2 + 4 + 6 + 8 + . . . + n = n ( n + 1)

    3. Pola Bilangan pada Segitiga Pascal
    kata pascal diberikan untuk mengenang Blaise Pascal (1623-1662), seorang ahli matematika bangsa Perancis yang menemukan susunan bilangan-bilangan tersebut. Jika di
    perhatikan, ternyata terdapat hubungan antara suatu bilangan dengan jumlah bilangan berdekatan yang terdapat pada baris yang ada tepat di atasnya.
    Dalam pola bilangan segitiga pascal, jumlah bilangan pada baris ke-n adalah Sn = 2n-1 atau (2 pangkat n-1).


    B. Barisan Bilangan

    Barisan bilangan adalah bilangan-bilangan dalam matematika yang diurutkan dengan aturan tertentu. Tiap - tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan tersebut disebut suku dari barisan itu. Secara umum barisan bilangan dinyatakan
    dalam bentuk U1, U2, U3, U4, . . . , Un, dengan U1 adalah suku pertama dan Un adalah suku ke-n.

    1. Menentukan Rumus ke-n dari Suatu Barisan
    Untuk menentukan rumus ke-n , kita harus menentukan suku pertama (a) dan beda (b).Contoh :
    Tulis rumusnya 2,3,4,...
    Penyelesaian :
    a = 2
    b = 3-2 = 1
    Un = a + (n-1) b
    Un = 2 + (n-1) 1
    Un = 2 + n – 1
    Un = n - 1

    2. Menentukan Suku ke-n dari Suatu Barisan
    Suku ke-n suatu barisan bilangan dilambangkan dengan Un. Sedangkan untuk menentukan suku ke-n dapat dicari dengan rumus yang dapat diketahui melalui aturan
    pembentukan barisan bilangan.

    Contoh :
    Suatu barisan dalam bentuk rumus Un = 2n + 3
    Tentukan U15
    Penyelesaian :
    Un = 2n + 3
    U15 = 2(15) + 3
    = 33


    C. Deret Bilangan

    Deret Bilangan adalah suku-suku suatu barisan yang dijumlahkan.
    Jumlah deret bilangan dapat dinyatakan dengan rumus Sn = 1/2 n (a + Un) 1/2
    Contoh : Hitunglah jumlah bilangan asli sampai suku ke-10
    Penyelesaian :
    1,2,3,……10
    a = 1
    b = 3-2 = 1
    U10 = 10
    Maka:
    Sn = 1/2 n (a + Un)
    S10= 1/2 .10 (1 + U10)
    S10= 1/2 .10 (1 + 10)
    S10= 1/2 .10 (11)
    S10= 55

    FUNGSI LINIER

    1. Pengertian Fungsi Linier
    Fungsi linier adalah suatu fungsi yang variabelnya berpangkat satu atau suatu fungsi
    yang grafiknya merupakan garis lurus. Oleh karena itu fungsi linier sering disebut
    dengan persamaan garis lurus (pgl) dengan bentuk umumnya sbb.:
    f : x → mx + c atau f(x) = mx + c atau y = mx + c
    m adalah gradien / kemiringan / kecondongan dan c adalah konstanta.

    2. Melukis Grafik Fungsi Linier
    Langkah-langkah melukis grafik fungsi linier
    a Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat A( x1, 0)
    b Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat B( 0, y1)
    c hubungkan dua titik A dan B sehingga terbentuk garis lurus.

    3. Gradien Dan Persamaan Garis Lurus
    a). Garis lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) memiliki gradien m:
    m = y1-y2 atau m = y2-y1
    x1-x2 x2-x1

    b. Persamaan garis lurus yang melalui titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) adalah:
    y-y1 = x-x1
    y2-y1 x2-x1

    c. Persamaan garis lurus (pgl) yang bergradien m dan melalui titik A(x1, y1) adalah:
    y = m (x – x1 ) + y1

    4. Menentukan Gradien Dari Persamaan Garis Lurus
    @ Persamaan garis lurus : ax + by = c maka gradiennya m = - a/b
    @ Persamaan garis lurus : y = ax + b maka m = a
    @ Garis yang sejajar sumbu x memiliki persamaan y = c dan m = 0
    @ Garis yang sejajar sumbu y memiliki persamaan x = c dan tidak memiliki gradient

    5. Titik Potong Dua Buah Garis
    Menentukan titik potong dua buah garis lurus identik dengan menyelesaikan
    penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel baik dengan metode eleminiasi,
    metode substitusi maupun metode grafik.

    6. Hubungan Dua Buah Garis
    Dua garis yang bergradien m1 dan m2 dikatakan sejajar jika m1 = m2 dan tegak lurus jika m1 x m2 = -1

    PERSAMAAN GARIS LURUS

    Bentuk-Bentuk Persamaan Garis

    1.Bentuk umum
    ax + by + c = 0 atau y = mx + n

    2. Persamaan sumbu x
    ® y = 0

    3. Persamaan sumbu y
    ® x = 0

    4. Sejajar sumbu x
    ® y = k

    5. Sejajar sumbu y
    ® x = k

    6. Melalui titik asal dengan gradien m
    y = mx

    7. Melalui titik (x1,y1) dengan gradien m
    y -y1 = m (x - x1)


    8. Melalui potongan dengan sumbu di titik (a,0) dan (0,b)
    bx + ay = ab


    9. Melalui titik (x1,y1) dan (x2,y2)
    (y-y1)/(y2-y1) = (x-x1)/(x2-x1)
    y-y1 = ((y2-y1)/(x2-x1))(x-x1)


    ket :

    Persamaan (9) didapat dari persamaan (7) dengan mengganti
    m=(y2-y1)/(x2-x1)
    Garis ini mempunyai gradien m = (y2-y1)/(x2-x1)

    HIMPUNAN

    1. Pengertian

    Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas.

    Contoh:

    • Himpunan siswa anak XI MM 1 SMK Negeri 1 Cerme tahun 2009-2010 yang nilai IQ-nya diatas 120.
    • Himpunan bilangan-bilangan bulat diantara 10 dan 500 yang habis dibagi 7

    Himpunan hanya membicarakan objek-objek yang berlainan saja.

    1. Metode Roster
      yaitu dengan menuliskan semua anggota himpunan di dalam
      tanda kurung {...........}
      contoh: himpunan bilangan ganjil N = {1,3,5,7,9,.......}

    2. Metode Rule
      yaitu dengan menyebutkan syarat keanggotaannya
      contoh: N = {x½x adalah bilangan asli}


    2. Istilah Istilah

    1. Elemen (Anggota) ------- notasi : Î
      setiap unsur yang terdapat dalam suatu himpunan disebut
      elemen/anggota himpunan itu.
      contoh:
      A ={a,b,c,d}
      a Î A (a adalah anggota himpunan A)
      e Ï A (e bukan anggota himpunan A)


    2. Himpunan kosong ------- notasi : f atau {}
      yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota
      contoh :
      A = { x | x² = -2; x riil}
      A = f


    3. Himpunan semesta ------- notasi : S

      yaitu himpunan yang memuat seluruh objek yang dibicarakan
      contoh :
      K = {1,2,3}
      S = { x | x bilangan asli } atau
      S = { x | x bilangan cacah } atau
      S = { x | x bilangan positif } dsb.

    3. Hubungan Antar Himpunan
    1. Himpunan bagian ------- notasi : Ì atau É

      Himpunan A adalah himupnan bagian dari himpunan B, jika setiap anggota A adalah anggota B.

      Ditulis : A Ì Bf atau B É A

      contoh:
      A={a,b}; B={a,b,c}; C={a,b,c,d}
      maka A Ì B ; A Ì C ; B Ì C

      ketentuan :

      • himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari sembarang
      • himpunan ( f Ì A )himpunan A adalah himpunan bagian dari
      • himpunan A sendiri ( A Ì A)jika anggota himpunan A ada sebanyak n, maka banyaknya himpunan bagian dari A adalah HB = 2n

      HB = 2n

      contoh:
      jika A = {a,b,c}
      maka himpunan bagian dari A adalah :
      {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c} dan f

      seluruhnya ada 2³ = 8

      POWER SET 2s
      himpunan yang elemennya adalah himpunan-himpunan bagian dari S

      contoh:
      S = {a,b,c}
      2s = { {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c}, f }


    2. Himpunan sama ------- notasi : =

      Dua himpunan A dan B adalah sama, jika setiap elemen A adalah elemen B, dan setiap elemen B adalah elemen A.

      Ditulis A = B

      contoh:
      K = {x | x²-3x+2=0}
      L = {2,1}
      maka K = L


    3. Himpunan lepas ------- notasi : //

      Dua himpunan A dan B disebut saling lepas, jika himpunan A tidak mempunyai anggota persekutuan dengan himpunan B.

      Ditulis A // B

      contoh:
      A = {a,b,c}
      B = {k,l,m}
      Maka A // B

    4. Operasi Pada Himpunan

    A. Gabungan (union)
    Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua elemen yang menjadi anggota A atau menjadi anggota B.


    B. Irisan (intersection)
    Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua elemen persekutuan dari himpunan A dan B.


    C. Selisih
    Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota A yang bukan anggota B.


    D. Komplemen
    Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota himpunan S yang bukan anggota A.


    5. Skema Bilangan
    1. Himpunan bilangan asli
      Himpunan bilangan asli adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya merupakan bilangan bulat positif.

      N = {1,2,3,4,5,6,......}

    2. Himpunan bilangan prima
      Himpunan bilangan prima adalah himpunan bilangan-bilangan asli yang hanya dapat dibagi dirinya sendiri dan satu, kecuali angka 1.

      P = {2,3,5,7,11,13,....}

    3. Himpunan bilangan cacah
      Himpunan bilangan cacah adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya merupakan bilangan bulat positif digabung dengan nol.

      C = {0,1,2,3,4,5,6,....}

    4. Himpunan bilangan bulat
      Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat, baik negatif, nol, dan positif.

      B = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3,...}

    5. Himpunan bilangan rasional
      Himpunan bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang anggota-anggonya merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai:
      p/q dimana p,q Î bulat dan q ¹ 0 atau dapat dinyatakan sebagai suatu desimal berulang.

      contoh: 0,-2, 2/7, 5, 2/11, dan lain lain

    6. Himpunan bilangan irasional
      Himpunan bilangan irasional adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya tidak dapat dinyatakan sebagai sebagai p/q atau tidak dapat dinyatakan sebagai suatu desimal berulang.

      contoh: log 2, e, Ö7

    7. Himpunan bilangan riil
      Himpunan bilangan riil adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan gabungan dari himpunan bilangan rasional dan irasional.

      contoh: log 10, 5/8, -3, 0, 3

    8. Himpunan bilangan imajiner
      Himpunan bilangan imajiner adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya merupakan i (satuan imajiner) dimana i merupakan lambang bilangan baru yang bersifat i² = -1

      contoh: i, 4i, 5i

    9. Himpunan bilangan kompleks
      Himpunan bilangan kompleks adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya (a + bi) dimana a, b Î R, i² = -1, dengan a bagian riil dan b bagian imajiner.

      contoh: 2-3i, 8+2

    TRIGONOMETRI

    Nilai-Nilai Trigonometri Dengan Sudut-Sudut Istimewa



    RUMUS TRIGONOMETRI

    1. Rumus trigonometri I

    © Sin (A+B) = Sin A • Cos B + Cos A • Sin B
    © Sin (A-B) = Sin A • Cos B - Cos A • Sin B
    © Cos (A+B) = Cos A • Cos B – Sin A • Sin B
    © Cos (A-B) = Cos A • Cos B + Sin A • Sin B
    © Tag (A+B) = Tag A + Tag B
    1 – Tag A•Tag B
    © Tag (A-B) = Tag A - Tag B
    1 + Tag A•Tag B

    2. Rumus trigonometri II

    © Sin A + Sin B = 2 • Sin ½ (A+B) • Cos ½ (A-B)
    © Sin A - Sin B = 2 • Cos ½ (A+B) • Sin ½ (A-B)
    © Cos A + Cos B = 2 • Cos ½ (A+B) • Cos ½ (A-B)
    © Cos A - Cos B = -2 • Sin ½ (A+B) • Sin ½ (A-B)

    3. Rumus trigonometri III
    © Sin 2A = Sin (A+A)
    Bukti :
    Sin (A+A) = Sin A • Cos B + Cos A • Sin B
    = 2 • Sin A • Cos A
    Jadi, : Sin 2A = 2 • Sin A • Cos A

    © Cos 2A = Cos² A – Sin² A
    Bukti :
    Cos 2A = Cos A • Cos A – Sin A • Sin A
    = Cos² A – Sin² A
    Jadi, : Cos 2A = Cos² A – Sin² A

    © Tag 2A = Tag (A+A)
    Bukti :
    Tag 2A = Tag A + Tag A
    1- Tag A• Tag A
    = 2 Tag A
    1 – Tag ² A
    Jadi, : Tag 2A = 2 Tag A
    1– Tag ² A


    4. Rumus trigonometri IV
    © Sin A Cos B = ½ [ Sin (A+B ) + Sin (A-B)]
    © Cos A Sin B = ½ [Sin (A+B ) - Sin (A-B)]
    © Cos A Cos B = ½ [Cos (A+B) + Cos (A-B)]
    © Sin A Sin B = - ½ [Cos (A+B) - Cos (A-B)]